Diposkan pada My Self Study for Bible, Zee School

Apa Kata Alkitab Tentang Pacaran?

Ditulis oleh: Amidya

    1. Definisi Pacaran

Masa remaja adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah? Karena, pada masa-masa inilah seorang remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Secara biologis, tentu kita sudah tahu bahwa remaja putri akan mengalami haid, beberapa bagian tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang remaja putra akan mulai tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan beberapa perubahan lainnya. Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa yang dinamakan cinta monyet. Apa itu cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa bisa suka kepada lawan jenis? Dan, pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa pacaran adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dengan laki-laki, di dalamnya ada rasa kasih dan sayang satu sama lain. Sedangkan, “berpacaran” memiliki arti berkasih-kasihan, bercinta, atau bersuka-sukaan. Tetapi, pernahkan Anda tahu bagaimana awal mula kata pacaran? Kata pacaran dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata “indehoi”. Kata “indehoi” ternyata tidak muncul dengan sendiri, tetapi kata ini berasal dari bangsa Mesir.

Di Mesir, terdapat tumbuh-tumbuhan yang bernama “hoi”. Hoi adalah tumbuhan yang tumbuh subur di sepanjang sungai Nil. Tumbuhan hoi tingginya setinggi perawakan manusia, antara 100-150 cm, berdaun hijau lebat, dan terus tumbuh sepanjang tahun. Di Mesir, biasanya seorang laki-laki yang tengah dekat dengan seorang wanita, kemudian mulai ada rasa tertarik dan rasa suka, hingga akhirnya mereka melakukan hubungan badan di balik pohon-pohon hoi. Nah, dari definisi dan sejarah tentang pacaran, kita bisa melihat bahwa konotasi “berpacaran” bersifat sangat bebas dan tidak alkitabiah. Oleh karena itu, sebagai gantinya kita bisa menyebutnya dengan teman dekat atau sahabat.

    1. Apa kata Alkitab tentang Pacaran?

Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata “pacaran”, walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata “pacaran”. Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan kita bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi, sekalipun dengan sahabat kita yang lawan jenis.

Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah bait Roh Kudus, sehingga kita harus menjaga kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.

Di dalam Alkitab, Tuhan memang tidak menetapkan secara jelas mengenai hal berpacaran. Akan tetapi, firman Tuhan memberikan standarisasi hidup yang harus kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen yang memiliki identitas Kristus, yaitu:

      1. Tubuh kita adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:9)

      2. Melakukan yang benar, sebab tidak semua hal berguna bagi hidup kita (1 Korintus 6:12)

      3. Hidup kudus dan menjaga kekudusan hidup (1 Petrus 1:15)

      4. Menjauhi percabulan (1 Tesalonika 4:3)

Pacaran bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sudahkah kita menjalin sebuah hubungan pendekatan dengan lawan jenis yang sehat dan memuliakan nama Tuhan di dalamnya? Sampai taraf di mana pacaran yang kita lakukan? Oleh sebab itu, marilah kita mengintrospeksi diri dan terus memuliakan Tuhan dalam setiap hidup kita.

    1. Kesimpulan

Frasa berpacaran jikalau dilihat dari etimologi katanya ternyata memiliki unsur yang negatif karena dalam berpacaran pada konteks masa lalu, sepasang kekasih akan melakukan hubungan badan. Oleh sebab itu, frasa “berpacaran” harus dikaji ulang.

Lalu, bolehkah seorang remaja putri menjalin kedekatan dengan seorang remaja putra? Jawabannya tentu saja boleh, asalkan kita bisa mengikuti rambu-rambu yang sudah Allah berikan dalam Alkitab. Mengasihi lawan jenis tentu diperbolehkan, tetapi kita harus introspeksi diri karena kita sudah memiliki patokan dalam menjalin kedekatan dengan lawan jenis, atau apakah kita justru hanyut dalam berbagai problematika remaja?

Inilah saatnya untuk bangkit dan menjadi generasi-generasi muda yang memiliki karakter Kristus. Generasi yang memiliki integritas dan selektif dalam menjalin sebuah hubungan. Dan, satu hal yang utama, biarlah kita menjaga kekudusan kita hingga kita masuk dalam pernikahan yang kudus dan pernikahan yang menerima berkat sulung pernikahan.

Daftar Pustaka:

  1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001

  2. James C. Dobson. Cinta Kasih Seumur Hidup. Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 1999

Penulis:

I'm a teacher in Kalam Kudus Christian School. I'm a thinker and doer, so when i think about anything i will write in my blog from now.

Tinggalkan komentar